Selasa, 11 Maret 2014

Nulis Cerpen, Men!!

Men, Men. Di bawah ini ada cerpen karya gw sendiri, men.
kadang kalo lagi sendirian emang banyak dapet inspirasi, men.

silahkan baca dulu ya, men!
 Psychopat Psychiatrist

Ada sebuah kota tua di Greenwich, Inggris yang terkenal dengan kota hantu. Kota yang tidak begitu banyak penghuninya, banyak gedung-gedung atau rumah-rumah besar, namun tidak begitu banyak kontak sosial yang terjadi. Banyak hal-hal tabu yang terjadi di kota ini, salah satunya perdagangan mayat yang terbuka di Pasar Jenazah. Pasar Jenazah ini bisa berjalan karena ada mafia dari kepolisian kota tersebut yang melindungi pasar ini.

Ada satu rumah besar, bersih dan sangat tenang dilihat. Dengan taman yang luas dan 4 mobil mewah yang terparkir di pelataran rumahnya. Rumah yang begitu megah ini hanya dihuni oleh 1 orang. Stuart Pearch, seorang psikiater yang membuka praktik di rumahnya sendiri.

Pearch cukup ternama di kota itu, bayarannya sangat tinggi jika ada  orang yang ingin berkonsultasi kepadanya. Sehari-hari dia jarang keluar dari rumah megahnya tersebut. Ada puluhan bahkan ratusan buku yang sangat tebal yang menjadi temannya sehari-hari di rumah.

Namun tidak jarang Pearch tidak sendirian di istananya. Terkadang, ada pasiennya yang datang untuk berkonsultasi kepadanya. Seperti saat ini, Selasa, 14 April 2020, Iriana Blyzach, perempuan berumur 40 tahun, berkewarganegaraan Republik Ceko, datang ke tempat praktik Stuart Pearch sekitar pukul 14.30.
Mata Blyzach terlihat sendu, terkadang dia meneteskan air matanya saat menceritakan masalah hidupnya kepada Pearch. Blyzach sontak terpaku ketika mendengar Pearch akan memberikan solusi untuk kehidupannya.

“Datanglah malam ini, pukul 20.00 dengan membawa kantong yang cukup besar yang berisikan dengan apa yang kutuliskan di dalam amplop ini” Pearch memberikan sebuah amplop kepada Blyzach.

Tak lama kemudian, Blyzach meninggalkan tempat praktik dengan raut muka kebingungan, kemudian dia memacu mobilnya.


Pukul 21.00 di rumah Stuart Pearch

“knock-knock” terdengar suara ketukan pintu, dan langsung dibuka oleh Pearch.

“Kau telat 1jam” Pearch bergumam.

“Ya kau tau, Stu. Tidak mudah mencari barang yang kau tuliskan itu” Tanya Blyzach.

“Di mana barangnya?” Stuart bertanya.

“Sedang dibawakan oleh sopirku kesini”

“Baiklah, setelah dia membawakannya ke sini, suruh dia lekas pulang, karena ini akan berhasil jika hanya kita berdua melakukannya”

“Okay, Stu”

Tidak lama kemudian, Sopir Blyzach membawakan kantong besar ke dalam rumah Pearch. Dan sopir itu langsung pulang setelah mendapatkan perintah dari Blyzach untuk meninggalkan rumah Pearch.

Pearch melihat isi kantong tersebut dan menyuruh Blyzach menunggu ke suatu ruangan di rumah yang megah tersebut. Sekitar 10 Menit Blyzach menunggu, Pearch datang membawa kantong tersebut dan sebuah kotak. Pearch seperti memberikan instruksi kepada Blyzach. Tidak lama setelah itu, Pearch membuka kotak yang berisi peralatan tajam.

“Apa yang akan kau lakukan dengan peralatan itu?” Tanya Blyzach dengan terheran.

Tapi bukan jawaban yang didapat Blyzach, sebuah ayunan benda tajam melayang ke tubuh yang tak berdosa itu. Ayunan benda tajam itu tepat mengenai lehernya dan nyaris putus. Seketika tubuh tersebut ambruk ke lantai. Seperti orang yang kemasukan setan, Pearch mencabik-cabik mayat itu. Setelah puas memainkan benda tajamnya, Pearch membawa mayat tersebut ke pelataran belakang rumahnya, kemudian dia membakar mayat tersebut.

Tubuh yang gosong itu sudah tidak berbentuk lagi, tidak ada yang bisa mengenali mayat itu. Pearch kemudian memasukkan mayat itu ke dalam kantong besar yang dibawakan oleh Blyzach. Kantong berisi mayat itu dimasukkan ke mobil mewahnya, dan sekitar pukul 22.40. mobil tersebut melaju kencang  meninggalkan rumah megah itu.

Mobil terus melaju, mencari lokasi yang tepat untuk membuang kantong itu. Tidak lama, mobil tersebut berhenti, mayat itu didorong menggunakan kaki, dan terlempar keluar mobil. Setelah meletakan mayat itu ke pinggir jalan yang dirasa aman, mobil itu kembali melaju, pelan. Terlihat mobil mewah tersebut menuju sebuah pelabuhan di kota itu. Dia pergi jauh meninggalkan kota itu. Jauh meninggalkan kantong mayat itu.

Keesokan harinya, di rumah megah tersebut, terlihat Pearch kembali melayani Pasien yang datang berkonsultasi ke rumahnya.


18 Juli 2020
 
Tiga bulan setelah peristiwa Blyzach. Kepolisian setempat mendatangi rumah Pearch. Tampak 1 mobil mewah terparkir di rumah megah itu. Ternyata ada 2 kasus yang sama terjadi di rentang waktu tiga bulan tersebut. Dan kepolisian mencurigai Pearch, karena orang yang terakhir ditemui oleh para korban adalah Stuart Pearch.
Polisi menggeledah rumah Pearch, dan akhirnya Pearch ditangkap oleh polisi.
Pihak polisi menemukan kotak yang menjadi peralatan Pearch untuk membantai 3 korban. Dan peralatan itu menjadi bukti yang kuat untuk menahan Pearch.

Perach meringkuk di tahanan.

Selama di tahanan, Pearch hanya berkomunikasi dengan lawyernya.  

Sampai pada saatnya sidang pembacaan vonis untuk Pearch tiba.

Pearch memasuki ruang sidang disambut dengan teriakan-teriakan keluarga korban. Suasana sidang sangat chaos. Banyak yang berteriak histeris dan menangis bahkan emosi melihat psikiater tersebut.

Seisi ruangan dipaksa sunyi ketika Hakim mengetukkan palu tanda dimulainya sidang.

Pearch langsung dicerca beberapa pertanyaan dari jaksa. Tak jarang peserta sidang yang terdiri dari keluarga korban berteriak agar Pearch dihukum mati. 

Semua tuntutan dari jaksa tidak ada yang dibantah oleh Pearch, seakan Pearch pasrah dengan tindakan yang telah dia perbuat. 

Setelah Jaksa sudah selesai mengajukan pertanyaan untuk Pearch, Hakim mempersilahkan Pearch untuk melakukan pembelaan.

“Yang Mulia Hakim, tidak banyak yang akan saya katakan untuk melakukan pembelaan. Saya hanya akan memperlihatkan sesuatu yang akan ditunjukkan oleh pengacara saya, bersediakah Yang Mulia Hakim mempersilahkan saya untuk menunjukkannya?” Stuart memohon.

“Silahkan” Sang Hakim menjawab.

Tidak lama, Pengacara Stuart mengeluarkan beberapa foto. Foto yang sangat mencenangkan. Foto-foto yang membuat seisi ruangan terdiam kebingungan. Ada 3 orang yang berfoto di depan stadion bola. yang menjadi objek foto tersebut, 3 orang itu adalah ketiga korban yang dibantai oleh Pearch. 

“Tidak mungkin, mereka tidak saling kenal”

“Mustahil, foto tersebut adalah foto pada saat final Piala Dunia 2020 di Qatar kemarin, Pertandingan Final itu dilangsungkan pada tanggal 30 Juni 2020, sementara jenazah Blyzach ditemukan pada bulan Mei” 

Terlontar banyak pertanyaan dari keluarga korban yang hadir di sidang tersebut.

Hakim kemudian mengetukkan palu agar seisi ruangan tenang.

“Tolong peserta sidang diharapkan tenang.  Tuan Stuart Pearche, di mana foto itu diambil?”

Dengan senyum yang penuh misteriusnya, si psikiater menjawab 

“Di surga”

Suasana ruangan sidang pun bergemuruh, raut muka penuh kebingungan menghiasi seisi ruangan sidang. Sang Hakim pun dibuat gusar dengan pernyataan psikiater, kemudian berbicara dengan nada yang sedikit tinggi.

“Tolong jangan mempermainkan sidang! Karena saat ini nyawa anda yang dipertaruhkan,  kapan dan di mana anda mendapatkan foto ini?”

Sang psikiater kemudian menjelaskan.

“Baiklah Yang Mulia, saya akan menceritakan yang sebenarnya. The truth, saya tidak membunuh mereka secara nyata, saya hanya membuat mereka mati di pikiran orang-orang yang mengenalnya. Mereka yang datang ke tempat praktik saya sebagian besar orang-orang yang mengalami depresi berat, tidak sedikit yang ingin mengakhiri hidupnya di tangan mereka sendiri. Saya bertanya kepada mereka apa tujuan mereka jika mereka mengakhiri hidupnya sendiri? Jawaban mereka sama, lari dari kenyataan yang pahit. Dan saya memberikan saran kepada mereka untuk lari dari kenyataan, tapi tidak dengan mati. Cukup dengan orang yang mengenal mereka yang beranggapan jika mereka mati”

Seisi ruangan sunyi, tetap dengan raut muka kebingungan.

“Dengan kata lain, mereka masih hidup?” yang mulia hakim bertanya.

“Tepat sekali, Yang Mulia” psikiater menjawab.

“Mayat-mayat yang ditemukan, mayat siapa itu?” hakim kembali bertanya dengan kebingungan.

“Mereka yang berkonsultasi kepada saya adalah orang kelas atas dengan penuh masalah, orang yang mempunyai harta tak terbatas dan juga mempunyai masalah yang tak terbatas pula, jenazah yang ditemukan di TKP adalah jenazah yang mereka beli dari perdagangan gelap di pasar jenazah, hari ketika mereka berkonsultasi kepada saya, saya menganjurkan mereka untuk membawa 1 kantong  yang berisi mayat untuk kamuflase jenazah mereka sendiri” jawab psikiater.

“Lalu kemana mereka?”

“Seperti yang anda lihat, mereka pergi berlibur, keliling dunia, saya tidak tahu tepatnya dimana mereka. Setelah kejadian, mereka sendiri yang membawa dan membuang jenazah tersebut, dengan menggunakan mobil-mobil mewah kesayanganku” jawab Stuart dengan senyumnya yang khas.

Seisi ruangan penuh dengan kebingungan, wajah-wajah emosi yang penuh amarah berubah menjadi bingung.  Pun Hakim tidak terlepas dari rasa bingung. Hakim kemudian mengetuk palu tanda ditundanya sidang pembunuhan berantai ini. Vonis hukuman mati ke psikiater ditunda, dan kemungkinan dibatalkan. Palu sidang diketukkan setelah psikiater menjelaskan bahwa tujuannya melakukan ini agar para kliennya yang datang kepadanya tidak melakukan tindakan bunuh diri, dan orang-orang yang mengenal kliennya tersebut dapat membantu para kliennya meringankan masalah pribadi kliennya.


-END-

TAMAT, MEN!!
Jadi gimana menurut lo, men?
Gw ada bakat nulis ga?
kalo ada, tunggu aja karya-karya gw yang lain, men.
cerpen ini terinspirasi dari kasus dua sejoli yang bunuh mantannya itu lho men. 
nah kalo lagi sendirian mending lo lo pada berkarya, men. daripada galau sesenggukan.

dah dulu, men. gw mau cuci peralatannya Stuart Pearch dulu.




Senin, 03 Februari 2014

New Adventure - Part 1

Vacationlah dulu, ikut gw jalan-jalan ke tempat asik, kita mau kemana kata orang bertanya, kita mau JALAN-JALAN MENN!!!!

Berawal dari lagunya si Jebraw hostnya Jalan-Jalan Men, petualangan baru gw ini dimulai, men. Senin tanggal 20 Januari 2014 Gw nyanyiin lagu itu dari pagi sampe sore di kantor dan ada satu temen kantor gw nanggepin lagu itu dengan kata-kata gini "Payo yan kalo kau nak jalan-jalan nian, kito ke Pagar Alam" (Ayo yan kalo emang lo mau jalan-jalan, kita ke Pagar Alam" dan dimulailah perencanaan tentang trip ini.

Akhir-akhir ini gw emang lagi seneng-senengnya sama acara Jalan-Jalan Men, gw sering streaming di You-Tube. Banyak tempat yang sangat cantik di Indonesia ini yang pengen banget gw jabanin. Maka dari itu gw ga mikir 2 kali ajakan temen gw di atas untuk jalan-jalan.

Gw dan Bobi, mulai nyusun rencana untuk trip ini, apa aja yang bakal kita kunjungin di sana, gw mulai searching-searching tempat wisata di Pagar Alam. Mulai dari kebun teh, Tangga Seribu, Air Terjun, sampai Gunung Dempo. Pilihan gw, gw mau mendaki Gunung Dempo men, liburan manjat gunung itu tentunya ga mainstream.

Plan udah dapet, rencana keberangkatan tanggal 30 Januari 2014 atau tanggal 31 Januari 2014. Gw dan Bobi mulai ngumpulin siapa aja yang mau ikut. Terkumpulah 11 Orang (termasuk gw) yang akan mengikuti trip ini.

Sebelum berangkat ke Pagar Alam, gw searching di internet tentang pendakian gunung. soalnya ini pendakian awal gw untuk naik gunung. gw nanya-nanya ke temen gw yang udah pengalaman naik gunung. Kesimpulan yang gw dapet dari nanya-nanya dan searching di internet, naik gunung tidaklah mudah, harus siap mental dan fisik, minimal jogging pagi dan sore 2 kali dalam sehari, 5 kali dalam seminggu, 30 hari sebelum melakukan pendakian. Dan juga harus bisa beradaptasi dengan udara yang super duper dingin.

Wow, Men. Gw ga sesiap itu untuk naik gunung, gw cuma modal semangat doang. Lagian kalo gw mau mulai latihan fisik seperti itu, waktunya udah mepet bgt. Akhirnya gw cuma latian fisik seadanya, contohnya push-up 50 kali, sit up 20 kali per jam, dan isi ulang galon 15 Liter ga pake motor. bujug, keringetan gw.

Gw sempat ragu mau naik Dempo, temen gw bilang kalo cuaca di atas gunung dempo sedang tidak bersahabat, banyak badai gitu. trus lagi kata temen gw yang udah pengalaman naik gunung, Medan Gunung Dempo itu lumayan ekstrim, untuk pemula kyak gw ga begitu direkomendasikan untuk naik dempo, apalagi minim persiapan, too risk.

Tapi lagi-lagi, modal gw yang cuma berupa semangat doang berhasil mengalahkan keraguan gw. Keputusan gw udah bulat, gw mau naik Dempo. Kebetulan ada 2 temen gw yang ikut ke Pagar Alam itu pernah naik turun Gunung Dempo, at least, gw ke atas sana udah ada pemandu, jadi ga buta banget. Kalo gw naik sendirian ya sama aja bunuh diri, Men.

Sehari sebelum keberangkatan, gw cari perlengkapan untuk mendaki gunung, contohnya : Raincoat, Sarung Tangan, Celana Gunung, Matras, Ponco, dll. Malamnya gw dan Bobi cari Logistik untuk makan di sana. Setelah membeli semua perlengkapan, Kami bersebelas berkumpul di kantor gw, merencanakan jam keberangkatan. Dan setelah saling dengar pendapat, kami berangkat ke Pagar Alam pukul 02.00 dini hari tanggal 31 Januari 2014.

BERANGKAT MENNNN!!!!

Gambar 1
mata boleh ngantuk, semangat narsis tetap membaraaa mennn.

Perjalanan Palembang-Pagar Alam memakan waktu 8 Jam. Kita berangkat dengan 2 mobil jam  02.00 Jadi prediksi kitorang, kita sampe ke Pagar Alam itu pukul 10.00 WIB, men. 1,5 Jam perjalanan, ada temen gw yang maag-nya kambuh. Jadi kita cari rest area, kita mampir di Prabumulih, kota kelahiran gw mennn! 
Kita serombongan makan dini hari di sana. 

Perut udah penuh, rombongan mulai berangkat lagi, gw terlelap, pas bangun jam udah nunjukin pukul 05.30 WIB dan lokasi di Muara Enim. Kita mampir buat shalat subuh, dan Foto-Foto MENN!!

Gambar 2
Siap-siap Subuhan, Men!

Kita langsung tancap gas lagi setelah shalat Subuh. Sekitar jam 07.00 kita sampai di Lahat. Kita mampir ke rumah keponakan temen gw yang minta bawain obat dari Palembang. Pemandangan di depan rumah keponakan temen gw ini lumayan bagus buat dijadiin background foto-foto, alhasil kita foto-foto lagi men.

Gambar 3
Rame-Rame, men!!


Gambar 4
So Green, Men!!

Di Lahat, suasananya Asri bgt, men. Lahat juga terkenal dengan gunung Jempolnya. fotonya ga ada, Men. Pas lewat gunung Jempol, gw ketiduran, Men.

Di rumah keponakannya temen gw ini, kita dikasih sarapan Lemang. Yang jualan Lemang di sebelah rumah keponakannya temen gw, men. Kalo ga tau lemang itu apa, baca aja di sini.

Gambar 5
Masak Lemang, Biar Mateng.

Setelah sarapan dan minum teh, kita lanjut jalan lagi menuju destinasi utama kita, yaitu Natural Fence, alias Pagar Alam!
Normalnya perjalanan dari Lahat ke Pagar Alam itu memakan waktu 60 Menit, men.
Setelah melewati hijaunya pemandangan yang membuat mata segar dan melewati jalan curam yg dikombinasikan dengan jurang, akhirnya kita tiba di kota Pagar Alam. UWOW!

Gambar 6
Pagar Alam, Men.

Sekitar Pukul 10.00 kita sampe di Pagar Alam. Suhu di Pagar Alam dingin banget, Men. Udah lama gw ga ngerasain suhu sedingin ini, terakhir gw ngerasainnya itu sekitar 3 tahun yang lalu di New Zealand.

iyain ajalah, Men.

Sampe di Pagar Alam, kami langsung menuju ke kebun teh yang berada di kaki gunung Dempo. Gunung Dempo tidak terlihat karena kabut hari itu tebal banget men. Di perkebunan teh tersebut, kami mencari villa untuk istirahat karena kondisi tubuh udah mulai kecapean plus kedinginan.

Ternyata semua villa udah terisi, men. udah ga ada lagi penginapan yang kosong, dikarenakan memang weekendnya lumayan panjang dan udah banyak para karyawan yang ingin melepas penat mengunjungi kota Pagar Alam ini. 

Untuk merundingkan tempat istirahat, kami mencari rest area di perkebunan teh tersebut. dan dapatlah 1 spot yang lumayan untuk membuat camp sementara. di sini kita menghangatkan diri dengan menyeduh kopi dan merebus mi instan, lumayan untuk cuaca yang dingin.

dan ga lupa foto-foto, men!

Gambar 7
Dingin Aja, Men.

setelah makan-makan dan berdiskusi tentang penginapan, kami mendapatkan 2 solusi. yang pertama tidur di mobil,dan yang kedua, kami bermalam di rumah Ayah Anton. Ayah Anton ini sebutan untuk Bapak Anthony yang menyediakan tempat untuk para pendaki. Menurut gw, dia ini superheronya pendaki, men. dia nyediain tempat tidur, tempat mandi, tempat eek, dan semua gratis men. Semua pendaki Dempo pasti kenal dengan superhero ini men.

Dengan dapatnya tempat istirahat untuk malam hari, kami lumayan tenang jadinya, men. Kami melanjutkan perjalanan kami ke Patung Rimau.

Sesampai di Patung Rimau, seperti biasa kami foto-foto, men!

Gambar 8
Liat Kabutnya, Men. uwow dingin.

Gambar 9.
Liat Kabutnya, Men. uwow, ini jam 12.00 lho!


Gilak, Men. Suhu makin siang semakin dingin. Temen-temen yang mau mendaki Dempo perlahan mulai berguguran karena ga tahan dengan suhu sedingin ini, ditambah lagi temen gw yang pernah mendaki bilang, di atas bakal lebih dingin dari ini. 

Ga terlalu lama kami mengunjungi Patung Rimau ini men karena cuaca ga terlalu mendukung.
Kami langsung menuju ke rumah Ayah Anton.

Sampe di rumah Ayah Anton, beruntung camp yang biasa ditempati mahasiswa-mahasiswa pencinta alam itu lagi kosong, jadi kami bisa leluasa istirahat dan bermalam di sana. 
tapi ternyata selepas maghrib, camp dipenuhi oleh Mapala yang baru turun dari gunung Dempo.
Kami membaur dengan rombongan tersebut, mereka juga membagi ceritanya selama menurunin Gunung Dempo. Ada yang keseleo, ada yang terjatuh, dan banyak lagi yang membuat temen-temen gw mengurungkan niat mendaki gunung.

Waktu terus berjalan, haripun semakin gelap, kami semua tertidur, tapi tidak nyenyak, dikarenakan cuaca yang sangat dingin menusuk tulang.



Tanggal 01-Februari-2014, pukul 05.30WIB gw terbangun, terbangun untuk yang kesekian kali, soalnya semalem tidur sangat ga nyenyak dikarenakan suhu yang sangat-sangat dingin. tapi kali ini gw g mau tidur lagi, gw cuci muka dan menuju mobil untuk menghangatkan diri.

Rencananya, jam 05.00WIB kami akan melakukan pendakian, tapi karena cuaca yang sangat dingin, temen gw yang pernah mendaki gunung masih terlelap, dan gw beranggapan kalo mendaki gunung resmi dibatalkan.

Sampe di mobil, ternyata ada 4 orang temen gw yang tidur di mobil, karena emang lebih hangat di mobil daripada di camp Ayah Anton. ke 4 temen gw udah bangun semua dari tidur. kami bercerita sebentar dan kemudian kami menuju ke kebun teh lagi untuk foto-foto lagi men.


Gambar 10
Kebun Teh yang So Cool

Gambar 11
Narsi-Narsis Men.

Setelah puas mengambil beberapa gambar di sini, kami kembali ke camp Ayah Anton untuk sarapan di kantin PTPN yang tepat berada di seberang camp Ayah Anton. Di dalam mobil saat perjalanan ke camp Ayah Anton, kami berencana untuk ke Bengkulu untuk mengganti rencana mendaki yang batal dilaksanakan. Gw sedih, Men. Batal naik gunungnya.
Padahal persiapan gw udah siap banget untuk mendaki, gw udah beli dan cari apa aja peralatan untuk mendaki, dan ternyata batal. Rasanya kyak di php-in cewe lah, men.

Sesampai di camp Ayah Anton, ternyata temen gw yang pernah mendaki ke Dempo tersebut sedang bercengkerama dengan anggota Mapala yang lain untuk meminjam peralatan tempur guna mendaki Dempo. setelah dia keluar, gw bertanya apakah kita jadi mendaki atau tidak? dan ternyata JADI MEN!! gw semangat lagi, rasanya kyak ditembak cewe yg php-in gw di paragraf sebelumnya, men!

Kami kemudian berembuk lagi, ternyata ga semua temen gw mau mendaki, sebagian tetep keukeuh dengan planing ke Bengkulu, mereka lebih memilih pantai ketimbang gunung. Kalo gw, gw tetep mau mendaki gunung, karena kalo ke pantai itu bisa kapan saja dan ya gampang-gampang aja. 

Akhirnya, ada orang 8, termasuk gw, yang akan mendaki gunung Dempo. mereka adalah : Ryan (gw sendiri), Sugeng ( temen gw yang pengalaman mendaki Dempo, sekaligus pemandu kami, dan juga anggota Malpatri), Bobi ( temen gw yang udah 2 kali mendaki Dempo), Santo, Bayu, Harry (selanjutnya dipanggil Abang), dan Furqon.

Setelah gw hitung-hitung lagi, ternyata cuma orang 7, men. sorry salah.

Selain Bobi dan Sugeng, temen-temen gw yang lain termasuk gw belum pernah sekalipun mendaki gunung.

Kami kemudian sarapan pagi, hanya makan 5 gorengan, karena kalo mau makan nasi atau sarapan yang lain, akan menyita banyak waktu, sementara hari sudah jam 08.00 

kami menyiapkan peralatan tempur untuk mendaki. Selesai Packing, waktu sudah menunjukkan jam 10.30

Kami ber-7 sudah bersiap untuk mendaki, tapi cuaca tidak bersahabat, hujan tiba-tiba turun. tapi kami tetap pada rencana awal, yaitu mendaki gunung bagaimanapun cuacanya.

kami kemudian pamit dengan Ayah Anton, Ayah Anton memberi kami wejangan untuk mendaki gunung Dempo. Kami akan mendaki gunung Dempo melalui pintu Rimba, yang titik awalnya berada di kampung IV.

Jarak dari camp Ayah Anton ke Kampung IV lumayan jauh. ada yang menempuhnya dengan jalan kaki, naik ojek, dan naik truk. 

Kami menuju ke Kampung IV dengan mobil rental kami, dan harus memakan waktu sekitar 45menit. 

Sesampai di Kampung IV, kami menuju resort yang ternyata ada rombongan Malpatri (Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Tridinanti) yang sedang ada pelantikan calon anggota baru. tentunya ini hal yang bagus untuk kami, kami bisa memarkir mobil di resort ini selama pendakian.

Di Resort Malpatri ini, kami mengeluarkan 4 ransel dan 2 tas carrier yang berisi peralatan mendaki kami. Cuaca yang tadinya hujan tiba-tiba menjadi cerah, seolah ingin memuluskan langkah kami menuju puncak Dempo.

Selesai mempersiapkan diri dan ngopi-ngopi di pos Malpatri, kami kemudian berangkat ke gunung Dempo, tepat pukul 12.00.

Gambar 13. eh, Gambar 12, Men.
Depan kiri-kanan : Santo, Abang, Bayu, Gw
Belakang : Sugeng, Bobi
Belakang sekali yang nyandar di mobil : lupa gw dia siapa.

OKAY MENNNN!! PERJALANAN MENUJU TOP DEMPO DIMULAII!! ROCKKKK!!! RAWRRRR!!!!

Sebelum mendaki, gw jelasin dulu titik-titik yang ada di Dempo. 
di Gunung Dempo, ada 2 titik awal untuk pendakian, yang pertama adalah Pintu Rimba, berada di kampung IV. dan yang kedua di Pintu Rimau, berada di belakang Patung Rimau tempat kami foto-foto kemaren.
Pintu Rimba memiliki medan yang ekstrim, sementara Pintu Rimau memiliki medan yang ekstra ekstrim. 

Kami melewati Pintu Rimba, di mana kami akan melewati Shelter 1, Shelter 2, dan Kemudian Top Dempo. dari Top Dempo kami akan bermalam di pelataran Gunung Dempo. Suhu sekitar 2 derajat di atas ini, apalagi musim penghujan. di Shelter 1 dan Shelter 2 terdapat sumber air yang sangat segar, pas banget untuk dijadiin rest area. Jarak dari Pintu Rimba ke Shelter 1 kira-kira 2 jam. Shelter 1 ke Shelter 2 memakan waktu kurang lebih 2 jam. Shelter 2 ke Top dempo 2 jam juga. Dan dari Top Dempo ke pelataran itu hanya 30 menit.

2 paragraf terakhir di atas ini semua cuma pendapat gw yang baru sekali naik dempo, bener atau engganya cari tau aja sendiri ya.

Awal perjalanan, gw langsung membawa tas carrier yang palinggg berat, modal semangat doang. semua berjalan lancar sekitar 20 menit perjalanan, ternyata mendaki gunung tak segampang yang gw bayangkan.
memasuki perkebunan teh, nafas gw mulai tersengal-sengal. mulai ngos-ngosan. padahal pintu Rimba saja belum sampai. maklum, pendakian ini gw minim banget latian fisiknya. Gw mikir, kalo stop di sini gw pasti malu bgt dan bakal jadi beban bgt. gw bertahan sampe pada akhirnya kita tiba di pintu Rimba.

di sini ga ada momen foto-foto. karena ga kepikiran sama sekali, soalnya cape bgt mennn!!!
kaki gw udah berasa mau lepas. 

Di pintu Rimba, stamina gw udah terkuras bgt, mungkin karena tas carrier yang sangat berat. Carrier tersebut gw kasih ke Furqon yang awalnya memang tidak membawa tas apa-apa. Beban di punggung gw hilang, dan langkah gw terasa lebih enteng. Perjalanan menuju Shelter 1 gw lalui dengan aman-aman saja. Di jalan menuju shelter 1, Abang mengalami keram sehingga perjalanan ke Shelter 1 dilalui mereka dengan pelan. Gw dan sugeng melangkah lebih cepat ke shelter 1 untuk mengambil air minum. sesampai di Shelter 1, ternyata ada anak Mapala yang sedang beristirahat di sana. 

Setelah mendapatkan air yang segar, gw kembali ke rombongan Abang, dll untuk memberitahukan kalo Shelter 1 sudah dekat dan sumber air sudah ada. ternyata rombongan Abang udah berada di dekat Shelter 1. di Shelter 1 kami beristirahat sejenak. Kami membuat mi instan untuk menghangatkan badan.

Setelah makan dan ngopi-ngopi, perjalanan kami lanjutkan untuk menuju ke Shelter 2. Raut muka yang terlihat cape udah keluar di semua rombongan, tapi kami tetap semangat melangkah. 

Medan ke Shelter 2 ini lebih curam dari Pintu Rimba ke Shelter 1, sebelum gw mendaki, gw sempat searching tentang gunung Dempo, akan ada 1 medan yang curam yang dikenal dengan Dinding Lemari, yang harus dilewati dengan cara merayap dan pegangan dengan tali yang udah disediakan.

Perjalanan ke Shelter 2 ditemani hujan yang mulai turun, badan gw udah mulai merasa kedinginan, tapi karena terus melangkah, dingin ga akan begitu berasa. Sampai di Dinding Lemari (entah dinding lemari atau bukan, yang pasti di sini ada tali dan medannya harus dilalui dengan memanjat dan merayap) gw merasa senang bgt karena bisa ketemu jg sama dinding ini. dan Alhamdulillah gw dan teman-teman bisa melewatinya.  
Ga jauh dari dinding lemari, ada 1 rombongan yang kami temui, terdiri dari 4 Cowo dan 1 Cewe. mereka lagi berteduh di bawah Ponco yang mereka sulap jadi tenda. Kami hanya menyapa dan langsung lanjut menuju Shelter 2 meski hujan semakin deras.

Akhirnya Shelter 2 menampakkan wujudnya. Kami beristirahat, mengambil persediaan air, dan masak-masak lagi. di Shelter 2 udah jam 17.00, kami harus bergegas karena sebisa mungkin kami mengejar sampai ke Dempo sebelum matahari terbenam. 

Di Shelter 2 ini gw udah merasa down karena dingin, sarung tangan yang gw pake juga udah basah kuyup, tapi kalo gw lepasin, ranting-ranting yang gw pegang seperti es, dan gw merasa lebih dingin, akhirnya sarung tangan yang basah tetap gw pake.

tapi yang paling penting, di Shelter 2, kita ada niat untuk foto-foto, udah lama ga foto-foto, men!

Gambar 13
Muka-muka cape, mendaki gunung modal makan gorengan 5 biji

Gambar 14
Wow men, banyak Jurang!


Setelah puas foto-foto, ga lama kemudian ada rombongan yang sampai di Shelter 2, ternyata Rombongan yang sedang berteduh di dekat Dinding Lemari tadi. Kami menyapa sebentar dan langsung mendaki lagi menuju Top Dempo.

Kejadian yang super wow terjadi di perjalanan menuju top Dempo. Gw nyaris Mati men.

Hari ternyata semakin gelap, udah pukul 18.00 top dempo tidak juga berhasil kami raih, dingin semakin menusuk tulang-tulang gw. gw down. di pertengahan jalan ke top, gw minta istirahat sebentar, gw semakin lemah, temen-temen gw terlihat panik kecuali Sugeng dan Bobi, karena mereka harus stay calm bagaimanapun keadaan agar kami tidak ikut panik. 

Gw terlihat pucat, energi gw terasa habis, dan kemudian gw dikasih roti & kopi untuk mengembalikan energi. Benar saja, tenaga gw berasa sedikit berisi kembali, dan gw udah berdiri lagi, tapi dingin tetap menyelimuti ujung kaki sampai rambut gw. dengan modal semangat, kita lanjut jalan lagi.

sekitar 15 menit lanjut jalan, top Dempo tetap tidak menunjukkan tanda-tandanya, gw mulai pesimis, jangan-jangan ini salah jalan, gw udah ga tahan dengan dingin, dan gw terdengar bisikan "lompat saja, kalian g bakal bisa sampai" mistis banget, men. mistis banget.

Sebelum mendaki, udah gw kasih tau sebelum-sebelumnya, jangan pernah berfikir negatif ketika mendaki Dempo, karena salah satu pantangan mendaki Dempo adalah jangan Mengeluh.

Gw yang berada di belakang Bobi tiba-tiba bergumam "Bob, gw mau tidur" 
Bobi tiba-tiba menghentikan langkahnya dan mensupport gw kalo gw pasti bisa sampai atas Dempo.
Gw udah g tahan lagi, kami terus melangkah, tapi medan yang tambah curam, hari yang semakin gelap, hujan yang mulai kembali turun, dan langkah yang terbatas karena penerangan hanya dengan bantuan lampu senter membuat gw semakin pesimis, dan gw merasa kalo Bobi yang berada di depan sekali itu nyasar. Gw pesimis. Bisikan yang menyuruh gw untuk lompat semakin kencang.

Gw memejamkan mata sebentar, membayangkan keluarga gw dan orang-orang yang gw sayangi, kemudian gw Istighfar dan berdzikir. Ga lama setelah gw melakukan itu, Alhamdulillah puncak Dempo berhasil kita tempuh. Adzan dikumandangkan di atas Puncak Dempo ini. Perasaan pesimis gw hilang, badan gw juga kemudian sedikit kembali bugar. Subhanallah.

Setelah Adzan, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju pelataran Dempo untuk membuat tenda tempat kami tidur malam ini. Sesampai di Pelataran, ada banyak tenda-tenda pendaki yang lain udah berdiri.
kami kemudian mendirikan tenda kami, dan kemudian tidur.

Hari kedua di Pagar Alam benar-benar Petualangan baru yang ga bakal gw lupakan.

Untuk pertama kalinya gw tidur di atas Gunung.
1 Tenda kami isi dengan 7 orang, tentunya ga bakal bisa tidur nyenyak, Angin kencang yang kadang menampar tenda kami sedikit membuat gw khawatir. Gw terbangun jam 1, tidur lagi, kemudia terbangun lagi, ternyata masih jam 1.30. Pagi terasa begitu lama datang.

Pukul 05.00 Suasana di luar tenda udah mulai terdengar rame, para pendaki yang lain udah banyak melakukan aktifitas. Banyak yang hunting sunrise, tapi sayang, cuaca emang tidak mendukung, karena kabut sangat tebal di pagi itu. Kami ga ikut keluar tenda, karena kabut tebal dan dingin yang masih belum lepas di tubuh kami. Kami memasak nasi, membuat mi dan kopi di dalam tenda.

Gambar 15
Suasana di Dalam Tenda

Gambar 16
Keep Smile


Selesai ngobrol-ngobrol dan sarapan, kami berencana menuju ke kawah merapi. kami keluar tenda pukul 08.00. Kabut masih tebal banget, adalah sia-sia jika kami tetap pergi ke kawah merapi karena kawah tidak akan terlihat karena tertutup kabut tebal. Gw kecewa sebenarnya tapi mau bagaimana lagi.

Keluar tenda kami merapikan dan membereskan segala peralatan untuk kembali turun gunung. tapi sebelum turun gunung, kami mengambil persediaan air dulu di Telaga Putri. terlintas di benak gw kalo Telaga Putri itu tempat pemandian putri-putri cantik, uwow, men.

Gambar 17
di Tenda Ini Kami Bertujuh Tidur

Gambar 18
Saking dinginnya, gw pake kaos, sweater jaket, rain coat, pocno kaos lagi, Men!
persis badut karnaval kedinginan.

Gambar 19
Forza Juve!

Gambar 20
Anak Motor dan Anak Bola bersatu.

Gambar 21.
Bersih-bersih Sebelum Menuju Ke Telaga Putri.

Setelah puas foto-foto dan merapikan barang-barang bawaan kami, kami menuju ke telaga putri sebelum mendaki top dempo untuk turun gunung.

di dekat telaga Putri terdapat 2 makam, entah makam siapa, tapi menurut Sugeng dan Bobi, itu makam pendaki yang meninggal di atas gunung karena hypotermia. Kemaren gw nyaris jadi yang ketiga di sini berarti. Alhamdulillah gw sehat-sehat aja.

air di Telaga Putri dingin banget men, air di sini pengen gw bawa pulang buat oleh-oleh. ini kyak air zam-zamnya gunung Dempo gitu. tapi sesuai tulisan di Pintu Rimba, jangan mengambil apapun kecuali foto, jadi g gw ambil deh airnya, sesuai yang tertulis di Pintu Rimba juga, yang gw ambil jadinya FOTO, MEN!!!

Gambar 22.
Air di Telaga Putri Bisa Bikin Kaki Joget-Joget


Gambar Bercerita part 1

 Gambar 23.1
Siap-Siap Turun ke Telaga Putri, Men.

 Gambar 23.2
Udah puas di bawah, pas ke atas ternyata cape juga, Men

Gambar 23.3
Biar cape harus tetep eksis. eh, tetap semangat, MEN!

Gambar 23.4
Biar tetap menjadi yang nomor satuuu *acunginjari
Sugeng : "nomor satu pale lu, biji gw kecut ini *pegangbiji

Persiapan air udah cukup, dan saatnya perjalanan pulang.

Kami kembali mendaki top dempo, kali ini ada momen foto-foto, karena semalem pas kami meraih puncak Dempo, ga sempat foto karena gw yang sekarat dan emang pengen cepat-cepat bikin tenda.
dari pelataran, sekira 15 menit kami kembali ke puncak Dempo.

Gambar 24
Yes, we are on top of the Dempo.

Gambar 25
Bangga Membentangkan Bendera Juve di Pucak Tertinggi di Sumatera Selatan

hei @Beautiw the next picture is special for you. your name on my chest on top of the Dempo.

Gambar 26
<3

Gambar 27
Bangga Menjadi bagian dari Kita.


Setelah foto-foto, kami melanjutkan perjalanan turun. Turun gunung tentunya ga secape naik gunung, Men.
di perjalanan menuju shelter 2, kita ketemu lagi sama rombongan yang membawa 1 cewe, ternyata mereka ga langsung naik top dempo, tapi bermalam dulu di shelter 2.

sesampai di Shelter 2, kami istirahat sebentar, menghangatkan badan seperti biasa.

Gambar 28
Istirahat dulu, Men.

Gambar 29
Untitled.

Sehabis istirahat, kita langsung menuju shelter 1, dan ke Pintu Rimba.
ga terlalu banyak cerita dari turun gunung ini, kami lalui dengan bersenda-gurau. sehingga perjalanan turun sampai ke Pintu Rimba ga terlalu berasa. Sesekali gw melihat ke belakang, untuk melihat medan-medan curam, kadang merasa g percaya kalo kemaren kita bisa melewati medan nan curam seperti ini.

Gambar 30
Cakep ni medannya


Gambar 31
Turun-Turun, Men!!


Gambar 32
Hallo


 Pukul 16.30 akhirnya kita mendarat di Pintu Rimba. Pintu awal tempat kemarin kami mendaki. Alhamdulillah. 
 Gambar 33
Gaya dulu di Pintu Rimba, Men.

Kami beristirahat sebentar di Pintu Rimba. setelah istirahat, kami berjalan lagi menuju Resort tempat kami memarkir mobil. Sepanjang jalan menuju resort, pemandangan sangat indah, seolah membantu melepaskan letih di tubuh. Subhanallah ciptaan Allah.


 Gambar Bercerita part 2

Gambar 34.1
Aelah temen gw, pemandangan bagus malah ngambil foto ginian.


Gambar 34.2
Sini sini gw yang ambil foto

Gambar 34.3
JEBRET!!


 Gambar 34.4
Keren kan foto gw tadi?


Setelah melewati perkebunan teh, akhirnya kami bertempu jalan bebatuan lagi. bukan lagi jalan tanah yang kami lewati sepanjang menaiki dan menuruni Gunung Dempo. sesekali melihat ke belakang, melihat Tingginya gunung Dempo. Gw merasa terharu bisa mendaki gunung setinggi itu. Alhamdulillah.



 Gambar 35
Kita habis naikin gunung itu tu. 


Gambar 36
Pulang-Pulang, Men!

Men, Men. Di perjalanan pulang gw nemuin batu  yang keren, Men, uwoww. Batunya berbentuk Love.
Batu keren ini gw kasih nama Batman. a.k.a BATu romantis MAN.

 Gambar 37
BATMAN.


 Gambar 38
Horee Resortnya udah keliatan


Sekitar jam 17.30 kita sampai ke resort Malpatri. beristirahat di sana, kita disambut, dikasih makanan dan minuman. Kami kemudian mandi di air terjun di belakang resort. dingin banget, men. tapi seger. kami mencuci sepatu dan piring, dan bersiap kembali ke camp Ayah Anton, dan meluncur langsung ke Palembang.

Keluar dari Pagar Alam pukul 00.00 tepat di tanggal 03 Februari 2014, dan sampai palembang jam 08.00. jam 08.30 langsung berangkat ke kantor untuk berkerja dan menjalani hari-hari seperti biasa lagi. bisa dibayangin cape nya gw, men.

3 hari di Pagar Alam kemaren bener-bener petualangan baru buat gw. Mendaki gunung bukan perkara mudah. Tapi siapa sangka gw bisa melaluinya. Dalam perjalanan mendaki gunung, gw melihat dan merasakan, kalo Alam sangat bersahabat dengan Manusia. Banyak pohon yang tumbang, tapi malah pohon-pohon yang tumbang tersebut malah menjadi bantuan untuk melewati medan-medan yang curam. Itu bukti jika alam sangat bersahabat dengan manusia, dalam keadaan matipun dia menolong gw untuk melewati medan curam di Dempo. Tanpa bantuan Yang Maha Kuasa dan bantuan dari Alam, gw g yakin bisa mendaki puncak tertinggi Dempo. Banyak akar-akar dari pepohonan yang memudahkan gw melewati curamnya jalan.

Liburan kali ini gw puas banget. tapi kepuasan gw menikmati Gunung Dempo belum sempurna. Karena gw belum bisa menikmati Kawah Merapi yang masih tertutup kabut tebal. Karena itulah judul dari tulisan ini gw tambahkan kata "Part 1".  Karena petualangan gw di Dempo belum selesai. Someday, gw akan kembali mendaki Dempo, bukan melalui Pintu Rimba. Tapi melalui Pintu Rimau. Jalur yang katanya dibuat oleh Kopassus. Jalur yang katanya jauh lebih ekstrim dari Pintu Rimba yang pernah kami lewati....


Gambar 39
Titik Awal Pendakian di Pintu Rimau. 

To Be Continued...