Selasa, 11 Maret 2014

Nulis Cerpen, Men!!

Men, Men. Di bawah ini ada cerpen karya gw sendiri, men.
kadang kalo lagi sendirian emang banyak dapet inspirasi, men.

silahkan baca dulu ya, men!
 Psychopat Psychiatrist

Ada sebuah kota tua di Greenwich, Inggris yang terkenal dengan kota hantu. Kota yang tidak begitu banyak penghuninya, banyak gedung-gedung atau rumah-rumah besar, namun tidak begitu banyak kontak sosial yang terjadi. Banyak hal-hal tabu yang terjadi di kota ini, salah satunya perdagangan mayat yang terbuka di Pasar Jenazah. Pasar Jenazah ini bisa berjalan karena ada mafia dari kepolisian kota tersebut yang melindungi pasar ini.

Ada satu rumah besar, bersih dan sangat tenang dilihat. Dengan taman yang luas dan 4 mobil mewah yang terparkir di pelataran rumahnya. Rumah yang begitu megah ini hanya dihuni oleh 1 orang. Stuart Pearch, seorang psikiater yang membuka praktik di rumahnya sendiri.

Pearch cukup ternama di kota itu, bayarannya sangat tinggi jika ada  orang yang ingin berkonsultasi kepadanya. Sehari-hari dia jarang keluar dari rumah megahnya tersebut. Ada puluhan bahkan ratusan buku yang sangat tebal yang menjadi temannya sehari-hari di rumah.

Namun tidak jarang Pearch tidak sendirian di istananya. Terkadang, ada pasiennya yang datang untuk berkonsultasi kepadanya. Seperti saat ini, Selasa, 14 April 2020, Iriana Blyzach, perempuan berumur 40 tahun, berkewarganegaraan Republik Ceko, datang ke tempat praktik Stuart Pearch sekitar pukul 14.30.
Mata Blyzach terlihat sendu, terkadang dia meneteskan air matanya saat menceritakan masalah hidupnya kepada Pearch. Blyzach sontak terpaku ketika mendengar Pearch akan memberikan solusi untuk kehidupannya.

“Datanglah malam ini, pukul 20.00 dengan membawa kantong yang cukup besar yang berisikan dengan apa yang kutuliskan di dalam amplop ini” Pearch memberikan sebuah amplop kepada Blyzach.

Tak lama kemudian, Blyzach meninggalkan tempat praktik dengan raut muka kebingungan, kemudian dia memacu mobilnya.


Pukul 21.00 di rumah Stuart Pearch

“knock-knock” terdengar suara ketukan pintu, dan langsung dibuka oleh Pearch.

“Kau telat 1jam” Pearch bergumam.

“Ya kau tau, Stu. Tidak mudah mencari barang yang kau tuliskan itu” Tanya Blyzach.

“Di mana barangnya?” Stuart bertanya.

“Sedang dibawakan oleh sopirku kesini”

“Baiklah, setelah dia membawakannya ke sini, suruh dia lekas pulang, karena ini akan berhasil jika hanya kita berdua melakukannya”

“Okay, Stu”

Tidak lama kemudian, Sopir Blyzach membawakan kantong besar ke dalam rumah Pearch. Dan sopir itu langsung pulang setelah mendapatkan perintah dari Blyzach untuk meninggalkan rumah Pearch.

Pearch melihat isi kantong tersebut dan menyuruh Blyzach menunggu ke suatu ruangan di rumah yang megah tersebut. Sekitar 10 Menit Blyzach menunggu, Pearch datang membawa kantong tersebut dan sebuah kotak. Pearch seperti memberikan instruksi kepada Blyzach. Tidak lama setelah itu, Pearch membuka kotak yang berisi peralatan tajam.

“Apa yang akan kau lakukan dengan peralatan itu?” Tanya Blyzach dengan terheran.

Tapi bukan jawaban yang didapat Blyzach, sebuah ayunan benda tajam melayang ke tubuh yang tak berdosa itu. Ayunan benda tajam itu tepat mengenai lehernya dan nyaris putus. Seketika tubuh tersebut ambruk ke lantai. Seperti orang yang kemasukan setan, Pearch mencabik-cabik mayat itu. Setelah puas memainkan benda tajamnya, Pearch membawa mayat tersebut ke pelataran belakang rumahnya, kemudian dia membakar mayat tersebut.

Tubuh yang gosong itu sudah tidak berbentuk lagi, tidak ada yang bisa mengenali mayat itu. Pearch kemudian memasukkan mayat itu ke dalam kantong besar yang dibawakan oleh Blyzach. Kantong berisi mayat itu dimasukkan ke mobil mewahnya, dan sekitar pukul 22.40. mobil tersebut melaju kencang  meninggalkan rumah megah itu.

Mobil terus melaju, mencari lokasi yang tepat untuk membuang kantong itu. Tidak lama, mobil tersebut berhenti, mayat itu didorong menggunakan kaki, dan terlempar keluar mobil. Setelah meletakan mayat itu ke pinggir jalan yang dirasa aman, mobil itu kembali melaju, pelan. Terlihat mobil mewah tersebut menuju sebuah pelabuhan di kota itu. Dia pergi jauh meninggalkan kota itu. Jauh meninggalkan kantong mayat itu.

Keesokan harinya, di rumah megah tersebut, terlihat Pearch kembali melayani Pasien yang datang berkonsultasi ke rumahnya.


18 Juli 2020
 
Tiga bulan setelah peristiwa Blyzach. Kepolisian setempat mendatangi rumah Pearch. Tampak 1 mobil mewah terparkir di rumah megah itu. Ternyata ada 2 kasus yang sama terjadi di rentang waktu tiga bulan tersebut. Dan kepolisian mencurigai Pearch, karena orang yang terakhir ditemui oleh para korban adalah Stuart Pearch.
Polisi menggeledah rumah Pearch, dan akhirnya Pearch ditangkap oleh polisi.
Pihak polisi menemukan kotak yang menjadi peralatan Pearch untuk membantai 3 korban. Dan peralatan itu menjadi bukti yang kuat untuk menahan Pearch.

Perach meringkuk di tahanan.

Selama di tahanan, Pearch hanya berkomunikasi dengan lawyernya.  

Sampai pada saatnya sidang pembacaan vonis untuk Pearch tiba.

Pearch memasuki ruang sidang disambut dengan teriakan-teriakan keluarga korban. Suasana sidang sangat chaos. Banyak yang berteriak histeris dan menangis bahkan emosi melihat psikiater tersebut.

Seisi ruangan dipaksa sunyi ketika Hakim mengetukkan palu tanda dimulainya sidang.

Pearch langsung dicerca beberapa pertanyaan dari jaksa. Tak jarang peserta sidang yang terdiri dari keluarga korban berteriak agar Pearch dihukum mati. 

Semua tuntutan dari jaksa tidak ada yang dibantah oleh Pearch, seakan Pearch pasrah dengan tindakan yang telah dia perbuat. 

Setelah Jaksa sudah selesai mengajukan pertanyaan untuk Pearch, Hakim mempersilahkan Pearch untuk melakukan pembelaan.

“Yang Mulia Hakim, tidak banyak yang akan saya katakan untuk melakukan pembelaan. Saya hanya akan memperlihatkan sesuatu yang akan ditunjukkan oleh pengacara saya, bersediakah Yang Mulia Hakim mempersilahkan saya untuk menunjukkannya?” Stuart memohon.

“Silahkan” Sang Hakim menjawab.

Tidak lama, Pengacara Stuart mengeluarkan beberapa foto. Foto yang sangat mencenangkan. Foto-foto yang membuat seisi ruangan terdiam kebingungan. Ada 3 orang yang berfoto di depan stadion bola. yang menjadi objek foto tersebut, 3 orang itu adalah ketiga korban yang dibantai oleh Pearch. 

“Tidak mungkin, mereka tidak saling kenal”

“Mustahil, foto tersebut adalah foto pada saat final Piala Dunia 2020 di Qatar kemarin, Pertandingan Final itu dilangsungkan pada tanggal 30 Juni 2020, sementara jenazah Blyzach ditemukan pada bulan Mei” 

Terlontar banyak pertanyaan dari keluarga korban yang hadir di sidang tersebut.

Hakim kemudian mengetukkan palu agar seisi ruangan tenang.

“Tolong peserta sidang diharapkan tenang.  Tuan Stuart Pearche, di mana foto itu diambil?”

Dengan senyum yang penuh misteriusnya, si psikiater menjawab 

“Di surga”

Suasana ruangan sidang pun bergemuruh, raut muka penuh kebingungan menghiasi seisi ruangan sidang. Sang Hakim pun dibuat gusar dengan pernyataan psikiater, kemudian berbicara dengan nada yang sedikit tinggi.

“Tolong jangan mempermainkan sidang! Karena saat ini nyawa anda yang dipertaruhkan,  kapan dan di mana anda mendapatkan foto ini?”

Sang psikiater kemudian menjelaskan.

“Baiklah Yang Mulia, saya akan menceritakan yang sebenarnya. The truth, saya tidak membunuh mereka secara nyata, saya hanya membuat mereka mati di pikiran orang-orang yang mengenalnya. Mereka yang datang ke tempat praktik saya sebagian besar orang-orang yang mengalami depresi berat, tidak sedikit yang ingin mengakhiri hidupnya di tangan mereka sendiri. Saya bertanya kepada mereka apa tujuan mereka jika mereka mengakhiri hidupnya sendiri? Jawaban mereka sama, lari dari kenyataan yang pahit. Dan saya memberikan saran kepada mereka untuk lari dari kenyataan, tapi tidak dengan mati. Cukup dengan orang yang mengenal mereka yang beranggapan jika mereka mati”

Seisi ruangan sunyi, tetap dengan raut muka kebingungan.

“Dengan kata lain, mereka masih hidup?” yang mulia hakim bertanya.

“Tepat sekali, Yang Mulia” psikiater menjawab.

“Mayat-mayat yang ditemukan, mayat siapa itu?” hakim kembali bertanya dengan kebingungan.

“Mereka yang berkonsultasi kepada saya adalah orang kelas atas dengan penuh masalah, orang yang mempunyai harta tak terbatas dan juga mempunyai masalah yang tak terbatas pula, jenazah yang ditemukan di TKP adalah jenazah yang mereka beli dari perdagangan gelap di pasar jenazah, hari ketika mereka berkonsultasi kepada saya, saya menganjurkan mereka untuk membawa 1 kantong  yang berisi mayat untuk kamuflase jenazah mereka sendiri” jawab psikiater.

“Lalu kemana mereka?”

“Seperti yang anda lihat, mereka pergi berlibur, keliling dunia, saya tidak tahu tepatnya dimana mereka. Setelah kejadian, mereka sendiri yang membawa dan membuang jenazah tersebut, dengan menggunakan mobil-mobil mewah kesayanganku” jawab Stuart dengan senyumnya yang khas.

Seisi ruangan penuh dengan kebingungan, wajah-wajah emosi yang penuh amarah berubah menjadi bingung.  Pun Hakim tidak terlepas dari rasa bingung. Hakim kemudian mengetuk palu tanda ditundanya sidang pembunuhan berantai ini. Vonis hukuman mati ke psikiater ditunda, dan kemungkinan dibatalkan. Palu sidang diketukkan setelah psikiater menjelaskan bahwa tujuannya melakukan ini agar para kliennya yang datang kepadanya tidak melakukan tindakan bunuh diri, dan orang-orang yang mengenal kliennya tersebut dapat membantu para kliennya meringankan masalah pribadi kliennya.


-END-

TAMAT, MEN!!
Jadi gimana menurut lo, men?
Gw ada bakat nulis ga?
kalo ada, tunggu aja karya-karya gw yang lain, men.
cerpen ini terinspirasi dari kasus dua sejoli yang bunuh mantannya itu lho men. 
nah kalo lagi sendirian mending lo lo pada berkarya, men. daripada galau sesenggukan.

dah dulu, men. gw mau cuci peralatannya Stuart Pearch dulu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar